Arumanis

10-making-arumanis.jpg

Bagaimana rasanya ngemil jajanan modern yang murah meriah, ada banyak macamnya sekarang ini sampai kita nggak bisa menghitung jumlah dan apa saja rasanya, karena selain saking banyak macamnya, kemasanpun juga bermacam-macam, dan bisa jadi rasa yang hampir samapun jadi terasa beda dengan kemasan yang berbeda.

Sekarang, ingatkah jajanan tempo dulu, waktu kita masih kecil, dibikin dengan sederhana, dan bahkan kita juga sering menirunya dengan membuat sendiri walaupun rasanya pasti beda, bentuknya seperti kapas namun manis dan kadang ada yang berwarna merah jambu.

Itulah Harum Manis (atau arumanis menurut lidah kita), jajanan yang sejak dulu sudah ada dan sampai sekarangpun masih tetap bertahan bahkan dengan kemasan yang lebih trendy, dengan ukuran besar, dibungkus plastik bergambar Dora The Explorer, Sponge Bob atau semacamnya dan banyak digantung di stand-stand jajanan pinggir jalan di Yogyakarta dan kota lain, di Parakan juga ada kalau pas ada keramaian ( komedi putar, pentas ndangdut dan lain-lain), tapi saya yakin untuk ukuran kita-kita yang sudah berkeluarga, jajanan seperti itu sudah terlalu kekanak-kanakan, walaupun kadang kita juga pengin ngerasain kembali jajanan itu (dengan cara ngumpet biar nggak dikatakan ‘mbocahi).

Kenapa Arumanis yang merupakan jajanan anak2 itu diangkat disini, kayaknya kok remeh banget ya dan kesannya nggak penting, tapi pasti ada sesuatu dibalik prolog ini. Inilah intinya……yang terjadi secara kebetulan karena memang sampai saat ini aku tetap menyukai jajanan yang manis-manis, Arumanis ini salah satunya.

Adalah Pak Saeno asal Coyudan Parakan, usianya sudah sekitar 70 tahun yang sejak tahun 60an berjualan Arumanis keliling kota Parakan dengan bersepeda onta ( jenis sepeda onthel jaman dulu yang kebanyakan spare partnya dari besi).

Tiap hari dari pagi sampai sore dari tahun ketahun sampai sekarang masih setia dengan jualannya ini, kesetiaan dengan bidang bisnis dan kecintaan terhadap anak-anak yang membuat kakek 5 cucu ini tetap bertahan, saya tidak sempat dan tidak enak hati untuk bertanya tentang penghasilan sehari harinya, perhatian saya seperti juga perhatian anak-anak kecil yang lain adalah apa yang di ciptakannya…..Arumanis, rasanya yang manis dan hangat karena langsung dari pabriknya (tenaga yang dihasilkan untuk memutar mesin sederhana pembuat Arumanis dengan putaran ‘genjotan’kakinya), rasanya yang tetap sama dari dulu sampai sekarang.

Mungkin juga di masa kecil, pak Saeno ini yang sering menghampiriku untuk membuatkan sekuntum arumanis….mungkin, karena saya sendiri lupa, yang masih teringat adalah rasa yang tetap sama.

Jadi kangen juga nih dengan jajanan lain yaitu Gulali, tapi apakah masih ada Gulali yang disajikan dengan cara dibikin bulat-bulat, kemudian dimasukkan dalam cetakan yang berbentuk ikan, bebek, ayam dan lainnya,lalu ditiup….dan jadilah Gulali berbentuk binatang-binatang mungil yang finishing touchnya dengan di sunduk lidi, hihihi….jadi pengin nih, semoga dilain waktu bisa bertemu dengan penjual Gulali itu walaupun harapannya sangat kecil.

Lagi-lagi kenangan manis yang ingin kurengkuh kembali sampai kini, mungkin itu juga yang membawaku untuk tinggal ditempat kelahiranku ini, begitu banyak kesan dimasa lalu, walaupun kini sudah jauh berbeda, namun tidak semua berubah, termasuk penjual Arumanis ini.

Pak Saeno, semoga panjang umur, sehat selalu, setia berjualan Arumanis sampai anak-anakku (yang belum Allah titipkan kepada keluargaku) besar nanti, anak-anak selalu menanti Arumanismu, akan kubagi rasa itu kepada mereka kelak, jika Allah mengijinkan, Arumanis….memang harum dan manis dari dulu, kini dan nanti.

 

~ oleh bamburuncing pada Desember 30, 2007.

2 Tanggapan to “Arumanis”

  1. kumohon ingin tahu cara pembuatannya secara detail….

    BR : wadhuh ..bukan ahlinya nih, coba cari di Google Search aja.

  2. Salam, Mas. Bagus juga kalau ditulis tentang “Ndhas Borok” alias pizza Parakan itu. Bakulnya dari jaman nggak enak sampai nggak enak lagi ya tetap itu-itu juga, mulai dari Pasar Entho masih di wetan dulu.

Tinggalkan komentar